Surah Al Fajr 1-30 Lengkap (Qs. 89)

Ketika fajar menyingsing, ia membawa pesan akan harapan baru dan peluang yang tak terbatas. Begitu pula Surah Al-Fajr, yang menjadi peringatan dan renungan mendalam bagi umat manusia.

Dengan hanya 30 ayat, surah Walfajr ini bukan sekadar pengingat sejarah, tetapi juga pelajaran moral yang relevan sepanjang zaman.

Data Ringkas Surah Al-Fajr

Nomor Surah Nama Surah Tulisan Arab Arti Nama Jumlah Ayat Tempat Turun Urutan Wahyu
89 Al-Fajr الفجر Fajar 30 Mekkah 10

Teks Surah Al-Fajr Ayat 1-30

Surah Al-Fajr adalah salah satu surah Makkiyah yang berisi renungan untuk setiap insan. Dengan 30 ayatnya, Allah menyampaikan peringatan, hikmah, dan pelajaran yang tak lekang oleh waktu. Berikut teks Surat al Fajr 1-30 dilengkapi tulisan Arab, latin dan terjemahan Indonesianya:

Surat Al-Fajr 1-30 (الفجر)

وَالْفَجْرِ
Wal-fajr
Demi fajar.

وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Wa layālin ‘ashr
Demi malam-malam yang sepuluh.

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
Wash-shaf‘i wal-watr
Demi yang genap dan yang ganjil.

وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
Wal-laili idhā yasr
Demi malam apabila berlalu.

هَلْ فِي ذَٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِي حِجْرٍ
Hal fī dhālika qasamul li-dhī ḥijr
Bukankah pada yang demikian itu terdapat sumpah yang dapat diterima oleh orang-orang yang berakal?


أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ
A lam tara kaifa fa‘ala rabbuka bi ‘ād
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap kaum ‘Ad?

إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
Irama dhātil ‘imād
(yaitu penduduk) Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi.

الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ
Allatī lam yukhlaq mithluhā fil-bilād
Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain.


وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ
Wa ṡamūdal-ladhīna jābus-shakhra bil-wād
Dan kaum Samud yang memahat batu besar di lembah.

وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ
Wa fir‘awna dhil-au-tād
Dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang kokoh).

الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ
Alladhīna ṭaghaw fil-bilād
Mereka yang telah berbuat sewenang-wenang di negeri.

فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ
Fa aktsarū fīhal fasād
Lalu mereka banyak berbuat kerusakan di negeri itu.

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ
Fa ṣabba ‘alaihim rabbuka sauṭa ‘adhāb
Maka Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab.

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
Inna rabbaka labilmirṣād
Sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi.


فَأَمَّا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَـٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكۡرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّيٓ أَكۡرَمَنِ
Fa ammāl-insānu idzā māb-talāhu rabbuhu fa-akramahu wa na‘-‘amahu fa yaqūlu rabbī akraman
Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”

وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَـٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ رِزۡقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّيٓ أَهَـٰنَنِ
Wa ammā idzā māb-talāhu faqadara ‘alaihi rizqahu fa yaqūlu rabbī ahānan
Tetapi apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.”


17.
كَلَّا بَل لَّا تُكۡرِمُونَ ٱلۡيَتِيمَ
Kallā bal lā tukrimūnal-yatīm
Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim,

18.
وَلَا تَحَـٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ
Walā taḥāḍḍūna ‘alā ṭa‘āmil-miskīn
Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,

19.
وَتَأۡكُلُونَ ٱلتُّرَاثَ أَكۡلٗا لَّمّٗا
Wa ta’kulūnat-turātsa aklal lammā
Dan kamu memakan harta warisan dengan rakus,

20.
وَتُحِبُّونَ ٱلۡمَالَ حُبّٗا جَمّٗا
Wa tuḥibbūnal-māla ḥubban jamā
Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.


21.
كَلَّآ إِذَا دُكَّتِ ٱلۡأَرۡضُ دَكّٗا دَكّٗا
Kallā idzā dukkati al-arḍu dakkan dakā
Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (dengan dahsyat),

22.
وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفّٗا صَفّٗا
Wajā’a rabbuka wal-malaku ṣaffan ṣaffā
Dan datanglah Tuhanmu, dan malaikat berbaris-baris,

23.
وَجِيٓءَ يَوۡمَئِذِۭ بِجَهَنَّمَۚ يَوۡمَئِذٖ يَتَذَكَّرُ ٱلۡإِنسَٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكۡرَىٰ
Wajī’a yauma’idim bijahannam; yauma’idin yatadhakkarul-insān wa annā lahu-dh-dzikrā
Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; pada hari itu manusia ingat (akan perbuatannya), tetapi apa gunanya mengingat itu bagi dirinya?

24.
يَقُولُ يَـٰلَيۡتَنِي قَدَّمۡتُ لِحَيَاتِي
Yaqūlu yā laitanī qaddamtu liḥayātī
Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”


25.
فَيَوۡمَئِذٖ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُۥٓ أَحَدٞ
Fa yauma’idil lā yu‘adzdzibu ‘adzābahu aḥad
Maka pada hari itu tidak ada seorang pun yang mengazab seperti azab-Nya,

26.
وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُۥٓ أَحَدٞ
Wa lā yūṡiqu wathāqahu aḥad
Dan tidak ada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya.


27.
يَـٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ
Yā ayyatuhan-nafsul-muṭmainnah
Wahai jiwa yang tenang,

28.
ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةًۭ مَّرۡضِيَّةًۭ
Irji‘ī ilā rabbiki rāḍiyatan mardiyyah
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.

29.
فَٱدۡخُلِي فِي عِبَـٰدِي
Fadkhulī fī ‘ibādī
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,

30.
وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي
Wadkhulī jannatī
Dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Hubungan Surah Al-Fajr dengan Surah Lainnya

Surah Al-Fajr memiliki hubungan tematik yang erat dengan surah-surah dalam Juz 30 (Juzamma). Surah ini mengupas tentang hari kiamat, peringatan atas perilaku manusia, dan teguran terhadap kelalaian sosial. Letaknya yang strategis di antara Surah Al-Ghasyiyah dan Surah Al-Balad menjadikannya bagian dari rangkaian narasi besar tentang keimanan, akhlak, dan akhirat.

1. Hubungan dengan Surah Al-Ghasyiyah (Surah Sebelumnya)

Surah Al-Ghasyiyah berbicara tentang kengerian hari kiamat, dengan gambaran neraka dan surga yang jelas. Surah ini memperingatkan manusia akan balasan atas perbuatannya di dunia.

  • Kaitan tematik: Kedua surah ini mengingatkan tentang akibat pilihan manusia. Al-Fajr menekankan contoh konkret kehancuran kaum terdahulu (kaum ‘Ad, Tsamud, dan Fir’aun) sebagai peringatan, melanjutkan ancaman kiamat yang disebutkan dalam Al-Ghasyiyah.

2. Hubungan dengan Surah Al-Balad (Surah Setelahnya)

Surah Al-Balad menyoroti perjuangan manusia menghadapi ujian kehidupan, dengan penekanan pada kesalehan dan kepedulian sosial.

  • Kaitan tematik: Surah Al-Fajr mengkritik mereka yang lalai terhadap anak yatim dan orang miskin, sementara Al-Balad menekankan pentingnya menolong sesama dan menempuh jalan yang sulit tetapi diridai Allah. Al-Fajr memberikan peringatan; Al-Balad memberikan solusi dan arahan konkret.

3. Hubungan dengan Surah Pendek Lainnya di Juz 30

Surah Ad-Duha: Kedua surah ini membahas pentingnya memuliakan anak yatim. Jika Al-Fajr memberikan teguran kepada yang mengabaikan anak yatim, Ad-Duha mengingatkan Rasulullah tentang nikmat Allah saat beliau hidup sebagai yatim, sehingga umatnya terdorong untuk berbuat baik.

Keistimewaan Kandungan Surah Al-Fajr

Surah Al-Fajr adalah salah satu surah Makkiyah yang penuh dengan pesan mendalam dan renungan untuk setiap insan. Dengan 30 ayatnya, Allah menyampaikan peringatan, hikmah, dan pelajaran yang tak lekang oleh waktu. Berikut adalah beberapa keistimewaan yang terkandung dalam Surah Al-Fajr:

1. Sumpah-Sumpah yang Menggugah Hati

Surah ini dimulai dengan sejumlah sumpah Allah:

  • Demi fajar, waktu yang menjadi pertanda kehidupan baru setelah malam yang gelap.
  • Demi malam yang sepuluh, yang banyak ulama tafsir hubungkan dengan 10 hari pertama Zulhijah—hari-hari istimewa untuk beramal saleh.
  • Demi yang genap dan ganjil, merujuk pada keteraturan ciptaan Allah, termasuk keseimbangan dalam kehidupan.

Sumpah-sumpah ini memancing hati manusia untuk merenungi kekuasaan Allah dan pentingnya waktu serta amal.

2. Pengingat dari Kisah-Kisah Kaum Terdahulu

Allah mengingatkan manusia tentang kehancuran kaum-kaum besar di masa lalu:

  • Kaum ‘Ad: Penduduk kota Iram yang kuat secara fisik dan memiliki bangunan tinggi, namun dibinasakan karena kezaliman.
  • Kaum Tsamud: Kaum yang ahli memahat gunung, tetapi durhaka kepada Allah.
  • Fir’aun: Raja Mesir yang memiliki kekuatan besar namun penuh kezaliman.

Ketiga kaum ini menjadi peringatan bahwa kekuatan dan kemakmuran tanpa ketaatan kepada Allah hanya akan berujung pada kehancuran.

3. Teguran bagi Mereka yang Lalai terhadap Sesama

Surah Al-Fajr juga memberikan teguran keras kepada orang-orang yang:

  • Tidak memuliakan anak yatim.
  • Tidak memberi makan orang miskin.
  • Memakan harta warisan dengan cara yang salah.
  • Terlalu cinta kepada harta hingga mengabaikan tanggung jawab sosial.

Pesan ini menegaskan bahwa kesalehan sosial adalah bagian integral dari iman.

4. Penyesalan di Akhirat bagi Orang Lalai

Ayat 23-24 menggambarkan bagaimana neraka Jahanam diperlihatkan kepada orang-orang yang lalai. Pada saat itu, penyesalan tidak lagi berguna. Manusia yang melalaikan akhirat akan berkata:
“Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”

5. Janji Ketenangan Bagi Jiwa yang Beriman

Pada akhir surah, Allah memberikan gambaran indah tentang jiwa yang tenang:
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Ayat ini menjadi dambaan setiap Muslim, simbol dari akhir perjalanan yang penuh berkah bagi mereka yang beriman dan beramal saleh.

Relevansi Surah Al-Fajr untuk Kehidupan

  1. Sebagai Renungan Spiritual
    Sumpah tentang fajar mengingatkan manusia untuk memulai harinya dengan kesadaran penuh akan kekuasaan Allah.
  2. Peringatan agar Tidak Lalai
    Kisah kehancuran kaum terdahulu adalah pelajaran penting tentang bahaya kesombongan dan kezaliman.
  3. Motivasi untuk Peduli Sesama
    Ayat-ayatnya menekankan pentingnya memperhatikan anak yatim, fakir miskin, dan tidak bersikap serakah terhadap harta.

Surah Al-Fajr bukan hanya kumpulan ayat yang indah untuk dilantunkan, tetapi juga panggilan bagi jiwa-jiwa yang mencari ketenangan dan ridha Allah. Seperti halnya fajar membawa cahaya baru, surah ini adalah cahaya petunjuk bagi mereka yang mau merenungi dan mengamalkannya.

Siapkah kita menjadi jiwa yang diridai dan diridhai Allah?