Surah ‘Abasa 1-41 (Qs. 80) Lengkap

Surah ‘Abasa menawarkan pelajaran berharga yang menggetarkan hati tentang adab, kasih sayang, dan prioritas dalam menyampaikan kebenaran. Diceritakan bagaimana seorang nabi mulia ditegur oleh Allah karena sebuah tindakan yang manusiawi—berwajah masam kepada seorang sahabat buta yang datang memohon petunjuk. Dalam teguran itu, Allah mengajarkan kita nilai keadilan, penghargaan kepada setiap manusia, dan pengingatan akan tujuan hidup yang sesungguhnya.

Mari kita menyelami kisah penuh makna ini dan memetik hikmahnya untuk kehidupan sehari-hari.

Data Ringkas Surah ‘Abasa

Nomor Surah Nama Surah Tulisan Arab Arti Nama Jumlah Ayat Tempat Turun Urutan Wahyu
80 ‘Abasa عبس Ia Bermuka Masam 42 Mekkah 24

Bacaan Surah Abasa Lengkap

Berikut adalah Teks Surah ‘Abasa (Arab, Latin, dan artinya):

Ayat 1–10:

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ ١
‘Abasa wa tawallā
(Dia, Nabi Muhammad, bermuka masam dan berpaling)

أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ ٢
An jā'ahul-a‘mā
(Karena telah datang seorang buta kepadanya)

وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ ٣
Wa mā yudrīka la‘allahu yazzakkā
(Dan tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya dari dosa)

أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ ٤
Aw yazzakkaru fatanfa‘ahuz-zikrā
(Atau dia ingin mendapatkan pengajaran, yang bermanfaat baginya)

أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ ٥
Ammā manistaghnā
(Adapun orang yang merasa dirinya cukup)

فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ ٦
Fa anta lahu taṣaddā
(Maka kamu melayaninya)

وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ ٧
Wa mā ‘alaika allā yazzakkā
(Padahal tidak ada (celaan) atasmu jika dia tidak membersihkan diri)

وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَىٰ ٨
Wa ammā man jā'aka yas‘ā
(Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk kebaikan))

وَهُوَ يَخْشَىٰ ٩
Wa huwa yakhshā
(Dan dia takut kepada Allah)

فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ ١٠
Fa anta ‘anhu talahhā
(Maka kamu mengabaikannya)


Ayat 11–16:

كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ ١١
Kallā innahā tazkirah
(Sekali-kali jangan (begitu)! Sesungguhnya (ayat-ayat Al-Qur’an) itu suatu peringatan)

فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ ١٢
Fa man syā'a zakarah
(Maka barang siapa menghendaki, tentulah dia memperhatikannya)

فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ ١٣
Fī ṣuḥufim mukarramah
(Yang tercantum di dalam lembaran-lembaran yang dimuliakan)

مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ ١٤
Marfū‘atin muṭahharah
(Yang ditinggikan lagi disucikan)

بِأَيْدِي سَفَرَةٍ ١٥
Bi aidi safarah
(Di tangan para utusan (malaikat))

كِرَامٍ بَرَرَةٍ ١٦
Kirāmin bararah
(Yang mulia lagi berbakti)


Ayat 17–23:

قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ ١٧
Qutilal-insānu mā akfarah
(Binasalah manusia! Betapa sangat ingkarnya dia)

مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ١٨
Min ayyī syai'in khalaqah
(Dari apakah Allah menciptakannya?)

مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ ١٩
Min nuṭfatin khalaqahu faqaddarah
(Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya)

ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ ٢٠
Ṡumma as-sabīla yassarah
(Kemudian Dia memudahkan jalannya)

ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ ٢١
Ṡumma amātahu faaqbarah
(Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur)

ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ ٢٢
Ṡumma iżā syā'a ansyarah
(Kemudian jika Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali)

كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ ٢٣
Kallā lammā yaqḍi mā amarah
(Sekali-kali jangan (begitu)! Manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya)


Ayat 24–32:

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ ٢٤
Falyanẓuril-insānu ilā ṭa‘āmih
(Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya)

أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا ٢٥
Annā ṣababnal-mā'a ṣabbā
(Bagaimana Kami mencurahkan air melimpah ruah)

ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا ٢٦
Ṡumma syāqaqnal-arḍa syaqqā
(Kemudian Kami belah bumi sebaik-baiknya)

فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا ٢٧
Fa anbatnā fīhā ḥabbā
(Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu)

وَعِنَبًا وَقَضْبًا ٢٨
Wa ‘inaban wa qaḍbā
(Anggur dan sayur-sayuran)

وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا ٢٩
Wa zaitūnan wa nakhlā
(Zaitun dan pohon kurma)

وَحَدَائِقَ غُلْبًا ٣٠
Wa ḥadā'iqa ghalbā
(Kebun-kebun yang rindang)

وَفَاكِهَةً وَأَبًّا ٣١
Wa fākihatan wa abbā
(Buah-buahan dan rumput-rumputan)

مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ٣٢
Matā‘an lakum wa li an‘āmikum
(Sebagai kesenangan untuk kamu dan untuk hewan-hewan ternakmu)


Ayat 33–42:

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ ٣٣
Fa iżā jā'atiṣ-ṣākhkhah
(Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua))

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ٣٤
Yawma yafirru al-mar'u min akhīh
(Pada hari itu manusia lari dari saudaranya)

وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ٣٥
Wa ummihi wa abīh
(Dan dari ibu dan bapaknya)

وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ٣٦
Wa ṣāḥibatihi wa banīh
(Dan dari istri dan anak-anaknya)

لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ ٣٧
Likulli imri'im minhum yawma'iżin syanun yughnih
(Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya)

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ ٣٨
Wujūhun yawma'iżin musfirah
(Banyak muka pada hari itu berseri-seri)

ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ ٣٩
Ḍāḥikatun mustabsyirah
(Tertawa dan bergembira ria)

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ ٤٠
Wa wujūhun yawma'iżin ‘alayhā ghabarah
(Dan banyak pula muka pada hari itu tertutup debu)

تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ٤١
Tarhaquhā qatarah
(Yang ditutupi kegelapan)

أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ ٤٢
Ūlā'ika humul-kafaratul-fajrah
(Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka)

Hubungan Surah Abasa dengan Surah Lainnya

  1. Letak dalam Al-Qur’an:
    Surah ‘Abasa berada di antara Surah An-Nazi’at (ayat-ayat yang memperingatkan tentang akhirat) dan Surah At-Takwir (ayat-ayat tentang tanda-tanda kiamat). Dengan demikian, Surah ‘Abasa menjadi jembatan yang mengingatkan tentang pentingnya introspeksi diri sebagai bekal menuju kehidupan akhirat.
  2. Kesinambungan Tema:
    • Setelah Surah An-Nazi’at: Jika Surah An-Nazi’at berbicara tentang tugas Nabi sebagai pemberi peringatan, Surah ‘Abasa menekankan siapa yang berhak mendapatkan perhatian Nabi dalam misi dakwahnya.
    • Sebelum Surah At-Takwir: Surah ‘Abasa memberikan gambaran mendalam tentang kondisi manusia pada hari kiamat, yang kemudian diperluas dalam Surah At-Takwir dengan gambaran kedahsyatan kiamat itu sendiri.

Pokok-Pokok Isi Surah Abasa

Ayat 1–10: Teguran kepada Nabi tentang Sikap yang Tidak Tepat

Pada bagian ini, Allah menegur Nabi Muhammad SAW karena sempat bermuka masam dan mengabaikan seorang sahabat buta, Abdullah bin Ummi Maktum, yang datang dengan niat tulus untuk mempelajari Islam. Nabi saat itu sedang berdakwah kepada para pemuka Quraisy, sehingga merasa terganggu dengan kedatangan Abdullah.

Allah mengingatkan Nabi bahwa dakwah seharusnya tidak memandang status sosial. Orang-orang yang sungguh-sungguh ingin belajar, meskipun mereka miskin atau memiliki kekurangan fisik, lebih layak mendapatkan perhatian. Ini adalah pelajaran bagi semua, bahwa niat dan ketulusan jauh lebih penting daripada status atau kedudukan seseorang.


Ayat 11–16: Al-Qur’an Sebagai Peringatan Berharga

Allah menegaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah sebuah peringatan yang agung dan penuh hikmah. Peringatan ini ditujukan kepada semua manusia tanpa kecuali, dan hanya mereka yang benar-benar ingin mendekat kepada Allah yang akan mendapat manfaat darinya.

Al-Qur’an digambarkan sebagai lembaran-lembaran suci, dijaga dan dijauhkan dari segala kekurangan. Hal ini menunjukkan betapa mulianya wahyu ini, sehingga manusia seharusnya merenungkan dan menghayatinya dengan penuh kesadaran.


Ayat 17–23: Kebesaran Allah dalam Penciptaan Manusia

Allah mengajak manusia untuk merenungkan asal-usul mereka. Manusia diciptakan dari setetes mani, melalui proses yang luar biasa hingga menjadi makhluk yang sempurna. Setelah itu, Allah memudahkan jalan hidup manusia, memberi akal untuk membedakan antara yang baik dan buruk.

Namun, meski diberikan begitu banyak kenikmatan, sebagian manusia tetap enggan bersyukur. Ini adalah pengingat bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah, dan kita harus selalu ingat untuk beribadah serta mensyukuri nikmat-Nya.


Ayat 24–32: Rezeki dari Allah yang Melimpah

Allah mengingatkan manusia untuk melihat makanan yang mereka nikmati setiap hari—dari mana asalnya? Dengan penuh kasih sayang, Allah menurunkan hujan, menyuburkan tanah, dan menumbuhkan tanaman yang menjadi sumber makanan.

Allah tidak hanya memikirkan manusia, tetapi juga menyediakan makanan untuk hewan ternak yang membantu kehidupan manusia. Semua ini adalah bukti kasih sayang-Nya yang melimpah, yang seharusnya membuat manusia bersyukur dan sadar akan kebesaran-Nya.


Ayat 33–42: Gambaran Hari Kiamat

Bagian akhir surah ini memberikan gambaran yang menggetarkan hati tentang hari kiamat. Ketika tiupan sangkakala kedua terdengar, manusia akan bangkit dari kuburnya. Pada hari itu, setiap orang akan sibuk memikirkan dirinya sendiri, bahkan orang-orang terdekat seperti saudara, orang tua, pasangan, dan anak-anak tidak lagi saling peduli.

Manusia akan terbagi menjadi dua kelompok:

  1. Golongan berwajah cerah: Mereka yang beriman dan beramal saleh selama di dunia, sehingga mereka akan berbahagia di akhirat.
  2. Golongan berwajah suram: Mereka yang ingkar, sombong, dan berdosa, sehingga mereka akan menghadapi kehinaan dan kesengsaraan.

Hikmah dan Pelajaran dari Surah ‘Abasa

  1. Keadilan dan Kesetaraan:
    Allah tidak memandang status sosial, harta, atau kekuasaan seseorang. Setiap orang yang tulus mencari kebenaran berhak mendapatkan perhatian.
  2. Peringatan tentang Kesombongan:
    Surah ini mengingatkan bahwa kedudukan dan kekayaan tidak akan menyelamatkan seseorang dari tanggung jawab di hari kiamat.
  3. Urgensi Dakwah kepada Semua Kalangan:
    Tidak ada golongan yang lebih penting dalam dakwah; tugas seorang dai adalah menyampaikan kepada siapa saja yang mau mendengar, tanpa pandang bulu.

Surah ‘Abasa adalah sebuah peringatan penuh cinta dari Allah kepada Rasul-Nya, sekaligus kepada kita semua. Ia menanamkan rasa introspeksi, kasih sayang terhadap sesama, dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, khususnya mereka yang lemah atau tertindas.

Melalui pelajaran dari kisah ini, kita diajak untuk memprioritaskan keikhlasan dalam setiap langkah kita, seraya selalu ingat bahwa segala yang kita lakukan kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.