Surah ‘Abasa menawarkan pelajaran berharga yang menggetarkan hati tentang adab, kasih sayang, dan prioritas dalam menyampaikan kebenaran. Diceritakan bagaimana seorang nabi mulia ditegur oleh Allah karena sebuah tindakan yang manusiawi—berwajah masam kepada seorang sahabat buta yang datang memohon petunjuk. Dalam teguran itu, Allah mengajarkan kita nilai keadilan, penghargaan kepada setiap manusia, dan pengingatan akan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Mari kita menyelami kisah penuh makna ini dan memetik hikmahnya untuk kehidupan sehari-hari.
Data Ringkas Surah ‘Abasa
Nomor Surah | Nama Surah | Tulisan Arab | Arti Nama | Jumlah Ayat | Tempat Turun | Urutan Wahyu |
---|---|---|---|---|---|---|
80 | ‘Abasa | عبس | Ia Bermuka Masam | 42 | Mekkah | 24 |
Bacaan Surah Abasa Lengkap
Hubungan Surah Abasa dengan Surah Lainnya
- Letak dalam Al-Qur’an:
Surah ‘Abasa berada di antara Surah An-Nazi’at (ayat-ayat yang memperingatkan tentang akhirat) dan Surah At-Takwir (ayat-ayat tentang tanda-tanda kiamat). Dengan demikian, Surah ‘Abasa menjadi jembatan yang mengingatkan tentang pentingnya introspeksi diri sebagai bekal menuju kehidupan akhirat. - Kesinambungan Tema:
- Setelah Surah An-Nazi’at: Jika Surah An-Nazi’at berbicara tentang tugas Nabi sebagai pemberi peringatan, Surah ‘Abasa menekankan siapa yang berhak mendapatkan perhatian Nabi dalam misi dakwahnya.
- Sebelum Surah At-Takwir: Surah ‘Abasa memberikan gambaran mendalam tentang kondisi manusia pada hari kiamat, yang kemudian diperluas dalam Surah At-Takwir dengan gambaran kedahsyatan kiamat itu sendiri.
Pokok-Pokok Isi Surah Abasa
Ayat 1–10: Teguran kepada Nabi tentang Sikap yang Tidak Tepat
Pada bagian ini, Allah menegur Nabi Muhammad SAW karena sempat bermuka masam dan mengabaikan seorang sahabat buta, Abdullah bin Ummi Maktum, yang datang dengan niat tulus untuk mempelajari Islam. Nabi saat itu sedang berdakwah kepada para pemuka Quraisy, sehingga merasa terganggu dengan kedatangan Abdullah.
Allah mengingatkan Nabi bahwa dakwah seharusnya tidak memandang status sosial. Orang-orang yang sungguh-sungguh ingin belajar, meskipun mereka miskin atau memiliki kekurangan fisik, lebih layak mendapatkan perhatian. Ini adalah pelajaran bagi semua, bahwa niat dan ketulusan jauh lebih penting daripada status atau kedudukan seseorang.
Ayat 11–16: Al-Qur’an Sebagai Peringatan Berharga
Allah menegaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an adalah sebuah peringatan yang agung dan penuh hikmah. Peringatan ini ditujukan kepada semua manusia tanpa kecuali, dan hanya mereka yang benar-benar ingin mendekat kepada Allah yang akan mendapat manfaat darinya.
Al-Qur’an digambarkan sebagai lembaran-lembaran suci, dijaga dan dijauhkan dari segala kekurangan. Hal ini menunjukkan betapa mulianya wahyu ini, sehingga manusia seharusnya merenungkan dan menghayatinya dengan penuh kesadaran.
Ayat 17–23: Kebesaran Allah dalam Penciptaan Manusia
Allah mengajak manusia untuk merenungkan asal-usul mereka. Manusia diciptakan dari setetes mani, melalui proses yang luar biasa hingga menjadi makhluk yang sempurna. Setelah itu, Allah memudahkan jalan hidup manusia, memberi akal untuk membedakan antara yang baik dan buruk.
Namun, meski diberikan begitu banyak kenikmatan, sebagian manusia tetap enggan bersyukur. Ini adalah pengingat bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah, dan kita harus selalu ingat untuk beribadah serta mensyukuri nikmat-Nya.
Ayat 24–32: Rezeki dari Allah yang Melimpah
Allah mengingatkan manusia untuk melihat makanan yang mereka nikmati setiap hari—dari mana asalnya? Dengan penuh kasih sayang, Allah menurunkan hujan, menyuburkan tanah, dan menumbuhkan tanaman yang menjadi sumber makanan.
Allah tidak hanya memikirkan manusia, tetapi juga menyediakan makanan untuk hewan ternak yang membantu kehidupan manusia. Semua ini adalah bukti kasih sayang-Nya yang melimpah, yang seharusnya membuat manusia bersyukur dan sadar akan kebesaran-Nya.
Ayat 33–42: Gambaran Hari Kiamat
Bagian akhir surah ini memberikan gambaran yang menggetarkan hati tentang hari kiamat. Ketika tiupan sangkakala kedua terdengar, manusia akan bangkit dari kuburnya. Pada hari itu, setiap orang akan sibuk memikirkan dirinya sendiri, bahkan orang-orang terdekat seperti saudara, orang tua, pasangan, dan anak-anak tidak lagi saling peduli.
Manusia akan terbagi menjadi dua kelompok:
- Golongan berwajah cerah: Mereka yang beriman dan beramal saleh selama di dunia, sehingga mereka akan berbahagia di akhirat.
- Golongan berwajah suram: Mereka yang ingkar, sombong, dan berdosa, sehingga mereka akan menghadapi kehinaan dan kesengsaraan.
Hikmah dan Pelajaran dari Surah ‘Abasa
- Keadilan dan Kesetaraan:
Allah tidak memandang status sosial, harta, atau kekuasaan seseorang. Setiap orang yang tulus mencari kebenaran berhak mendapatkan perhatian. - Peringatan tentang Kesombongan:
Surah ini mengingatkan bahwa kedudukan dan kekayaan tidak akan menyelamatkan seseorang dari tanggung jawab di hari kiamat. - Urgensi Dakwah kepada Semua Kalangan:
Tidak ada golongan yang lebih penting dalam dakwah; tugas seorang dai adalah menyampaikan kepada siapa saja yang mau mendengar, tanpa pandang bulu.
Surah ‘Abasa adalah sebuah peringatan penuh cinta dari Allah kepada Rasul-Nya, sekaligus kepada kita semua. Ia menanamkan rasa introspeksi, kasih sayang terhadap sesama, dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, khususnya mereka yang lemah atau tertindas.
Melalui pelajaran dari kisah ini, kita diajak untuk memprioritaskan keikhlasan dalam setiap langkah kita, seraya selalu ingat bahwa segala yang kita lakukan kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.